A. DEFINISI KOMUNIKASI
Sarah Trenholm dan Arthur Jensen (dalam Wiryanto, 2004)
mendefinisikan komunikasi adalah suaru proses dimana sumber mentransmisikan
pesan kepada penerima melalui beragam saluran.
Menurut Hoveland (dalam Wiryanto, 2004), komunikasi adalah
proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah pikiran untuk
perilaku individu lain.
Gode (dalam Wiryanto, 2004), komunikasi adalah suatu
proses yang membuat kebersamaan bagi dua atau lebih yang semula monopoli oleh
suatu atau beberapa orang.
Raymond S. Ross (dalam Wiryanto, 2004), mendefinisikan
suatu proses menyortir sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respon yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang
komunikator.
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid (dalam Wiryanto,
2004) menyatakan bahwa komunikasi adalag suatu proses dimana dua orang atau
lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi antara satu sama lain, yang
pada gilirannya terjadi saling pengertian yang mendalam.
B. BENTUK-BENTUK
KOMUNIKASI
Menurut R.M Siahaan
(dalam Ronda, 2015), komunikasi dapat dibedakan atas tiga bentuk, yakni:
Pertama, Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication). Bentuk ini terjalin diantara dua
orang atau pribadi, besifat langsung dan sering dalam bentuk percakapan (lisan
atau tulisan). Ciri khas komunikasi ini adalah bersifat dua arah atau timbal balik.
Kedua, Komunikasi antar kelompok (group communication). Komunikasi antar kelompok akan berlangsung
antara komunikator dengan sejumlah komunikan yang berkumpul bersama-sama, baik
dalam jumlah kehadiran yang kecil atau pun jumlah yang besar. Adanya keinginan
bersama dan juga sikap tenggang rasa adalah hal yang penting untuk keberhasilan
komunikasi ini.\
Ketiga, ialah komunikasi massa. Komunikasi massa mempunyai
cirri yang khusus, yakni penggunaan media komunikasi seperti pers, radio, TV,
dan film. Empat karakteristik yang perlu dipahami dalam komunikasi ini adalah
(1) komunikasi massa bersifat umum, (2) komunikasi massa bersifat heterogen,
(3) komunikasi massa menimbulkan keserempakan (serentak), dan (4) didalam
komunikasi massa hubungan non pribadi.
C. JENIS-JENIS
KOMUNIKASI
Menurut Duha (2016), komunikasi bisa berlangsung dalam
berbagai cara. Antara lain sebagai berikut:
1. Komunikasi
Searah
Jenis komunikasi yang langsung dan tanpa hambatan/ sekat-sekat.
setiap saat bisa langsung berinteraksi. Bila sudah disepakati, kapan saja, dan
dimana saja komunikasi bisa berlangsung. Baik hanya yang satu kali saja,
beberapa kali, atau menjadi rutinitas yang sering dilakukan secara
kesinambungan.
2. Komunikasi
dengan Penghubung
Komunikasi tidak tibsa berjalan secara langsung, sebab
salah satupihak tidak bisa bertemu dengan pihak lain karena keterbatasan yang
disebabkan oleh beberapa hal: (a) Kesibukan, (b) Kenyamanan, (c) dan Perbedaan.
3. Komunikasi
Melalui Perantara
Untuk bisa berjumpa, bicara atau berkomunikasi antara
pihak yang satu dengan pihak lain, perlu mendapat izin atau persetujuan dari
seseorang yang lebih tinggi jabatan, terhormat kedudukannya, atau dituakan
dalam komunitas dan lingkungannya.
4. Komunikasi
Memakai Tahapan
Komunikasi memakai tahapan, adalah salah satu jenis
komunikasi yang bisa dikatakan rumit. Sebab, pihak yang ingin berkomunikasi
dengan pihak lain, harus melewati beberapa orang/bagian tempat sebelum bertemu
dengan pihak lain tersebut.
MODEL
KOMUNIKASI STIMULUS-RESPON (S-R)
Model stimulus response (rangsangan-tanggapan),
atau lebih populer dengan sebutan model S-R menjelaskan tentang pengaruh yang
terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi.
Menurut model ini dampak atau
pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi
tertentu dari stimulus tertentu. Dengan demikian besar kecilnya pengaruh serta
dalam bentuk apa pengaruh tersenut terjadi, tergantung pada isi dan penyajian
stimulus.
Model S-R dapat
digambarkan sebagai berikut:
S ---- O
---- R
Model ini memberikan gambaran tentang
tiga elemen penting: Stimulus, yakni pesan; organisme (O), dalam hal ini pihak
penerima (receiver), dan response
(R), yakni akibat atau pengaruh yang terjadi. Model S-R ini ada kaitannya dengan asumsi dari
model ”jarum suntik” yang berpandangan bahwa media massa mempunyai pengaruh
langsung kepada khalayaknya. Isi media
massa diibaratkan sebagai jarum yang disuntikkan ketubuh khalayak, sehingga
menghasilkan pengaruh yang sesuai dengan isinya.
Asumsi mengenai kekuatan pengaruh
dari media massa ini didasarkan atas pemikiran bahwa masyarakat, ibarat
atom-atom sosial yang merupakan sekumpulan individu-individu yang terpisah dan
bertingkah laku sesuai keingainannya masing-masing. Dalam masyarakat yang
atomisti demikian, kendala-kendala sosial jarang terjadi dan pengaruh dari
ikatan sosial sangat kecil.
Model S-R ini kemudian banyak dikritik karena masyarakat
dalam menerima pesan dari media massa dipandang tidak bersikap dan bertindak
pasif, melainkan aktif dan selektif.
SUMBER :
Duha, T.(2016).Perilaku Organisasi.Yogyakarta:
Deepublish
Ronda, D.(2015). Prosiding Seminar Khotbah Kontenporer.Makasar:
Sekolah Tinggi
Theologia Jaffray
Wiryanto.(2004).Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta:
PT.Gramedia Widiasarana Indonesia